Jumat, 01 Juli 2016

IKATAN lokal jayapura sekarang ini antara senior dan yunior banwa saya punya mentasitas tetapi didepan banyak orang tidak bisa atau rasa takut penyebabnya apa...




wawancara oleh: SIBERIUS TENOUYE 

www. kabar gamabou: siberius tenouye ingin wancarai dengan kabar Gamanbou sehingga hal-hal penting yang saya sampaikan bahwa , bisa terjadi kalangan kita ikatang lokal ini atau dalam wadah ikatan tersebut ini 







Secara pribadi saya berterimakasih atas kemampua ini karena ini membuktikan bahwa ikatan lokal jayapura  masih kuat antara yunior dan senior di organisasi ini da sekarang masih kurang atau masih minim dalam wadah ini  kata siberius tenouye anggota IPPMARPUT jayapura 


"Secara pribadi saya berterimakasih atas kasus ini karena ini membuktikan bahwa ikatan lokal masih kuat antara yunior dan senior di organisasi ini," katanya di sela-sela aksi demonstrasi .


Kata
siberius tenouye , forum rapat belum  koordinasi ke ikatan lokal jayapura karena belum ada  edaran surat undangan  atau lewat sms hp secara tidak  saah antara senior dan yunior bebum ada pebgertian 


"Lihat saja tokoh-tokoh politik, itu orang-orang pintar semuanya, cerdas. Saya selalu bilang, kalau dia HMI minimal dia ikut LK 1, saat mahasiswa itu pintar, tapi begitu menjabat dia jadi curang, jahat, greedy," kata dia, pada acara yang disiarkan langsung itu.





PERILAKU ANEH DALAM LINGKUNGAN KERJA



Perilaku adalah cerminan sikap yang timbul dari dalam diri seseorang yang menggambarkan sifat dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku juga merupakan respon dari sikap yang dapat berupa gerakan maupun perkataan. Dalam hal ini akan dibahas perilaku aneh yang terjadi dalam lingkungan kerja. Perilaku aneh yang terjadi dalam lingkungan kerja seperti : diskriminasi karyawan, bersikap menguasai, angkuh , tidak mau tahu ,terjadi persaingan ,tidak adil, dll. Beberapa contoh diatas akan dijelaskan satu persatu.

1.    Diskriminasi karyawan
Diskriminasi karyawan adalah terjadi perbedaan hak antara karyawan senior dan karyawan junior, seolah-olah karyawan senior lebih berkuasa dan menyerahkan tugas kepada karyawan junior yang seharusnya dilakukan oleh karyawan senior. Diskriminasi karyawan ini  merupakan perilaku aneh dan kadang menyimpang dari aturan perusahaan. Pimpinan perusahaan pun kadang tidak mengetahui tindakan semacam ini. Hal ini kadang menjadi penyebab seorang karyawan baru merasa tidak nyaman sehingga memutuskan untuk keluar dari perusahaan. Sering karyawan senior memanfaatkan adanya karyawan baru untuk meringankan pekerjaan mereka padahal porsi pekerjaan sudah ditentukan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Untuk itu diperlukan sosialisai kepada karyawan agar tindakan seperti ini dapat diminimalkan sehingga akan terwujud karyawan yang saling menghargai dan menghormati sehingga berdampak positif untuk mencapai tujuan perusahaan.



2.    Bersikap menguasai
Bersikap menguasai yang dimaksud adalah seperti diskriminasi karyawan dua hal ini saling berkaitan tetapi dalam hal ini sikap ingin menguasai lebih dominan sedangkan dalam diskriminasi karyawan lebih kepada sikap ingin tahu dan menguji kemampuan karyawan baru. Menguasai dalam arti berkuasa terhadap aturan main dan kerja dalam perusahaan. Misalnya karyawan senior dan karyawan junior dalam satu bidang mereka saling bekerja sama tetapi karyawan senior merasa lebih tahu terhadap pekerjaan itu sehingga ia berkuasa mengatur karyawan baru.


3.    Angkuh
Sikap ini sering ditunjukkan untuk menimbulkan sikap segan atau hormat kepada dirinya. Namun cara ini salah, karena bersikap angkuh akan membuat rekan kerja merasa canggung untuk menjalin hubungan kerja dan timbul komunikasi yang kurang baik.



4.    Tidak mau tahu
Sikap ini hampir sama dengan sikap angkuh, sikap ini merupakan perilaku aneh yang bisa ditimbulkan karena komunikasi yang kurang baik.

5.    Terjadi persaingan
Untuk mendapatkan nilai baik atau kesan baik dari pimpinan tentu ada persaingan antar anggota perusahaan baik manager dan karyawan. Tidak ada salahnya jika persaingan tersebut menimbulkan semangat seperti bersaing dengan meningkatkan kinerja masing-masing tetapi jika persaingan dilakukan dengan saling menjatuhkan maka akan merugikan dan tujuan perusahaan tidak tercapai maksimal.



6.    Tidak adil
Tidak adil disini misalnya adanya libur kerja bagi karyawan. Libur karyawan diatur oleh kepala counter toko dan sudah disepakati bersama, ketika ada karyawan baru yang seharusnya mendapat libur tetapi harus  masuk karena bertukar jadwal dengan karyawan senior. Hal itu bisa terjadi karena kesepakatan bersama namun kadang ada karena paksaan dan sikap tersebut tidak adil bagi karyawan baru.

Hal diatas merupakan beberapa contoh dari perilaku aneh yang terjadi dalam lingkungan kerja. Perilaku aneh tersebut dapat timbul karena faktor dalam maupun luar perusahaan. Manager berperan penting dalam mengatasi perilaku-perilaku aneh yang terjadi. Selain itu diperlukan kesadaran terhadap diri sendiri bagaimana harus bersikap kapan dan dengan siapa bersikap harus diperhatikan sehingga hal hal diatas dapat diminimalkan agar tujuan bersama perusahaan dapat dicapai maksimal. 

selanjutnya perilaku antara manusia 
Kisah percintaan yang terjalin diantara senior dan junior dalam sebuah organisasi itu menggelikan. Dengan alasan pengkaderan misalnya, senior kerap kali melancarkan rayuan-rayuan kain bekas (Gombal) kepada adek tingkat. Dalihnya sih biar si adek tingkat  tetap betah bertahan dalam organisasi tersebut, "karena ada seseorang yang membuat si-Junior betah di organisasi" katanya. Namun ada juga yang tidak jujur (munafik) dengan mengatakan bahwa Hubungan yang terjalin diantara keduanya murni tumbuh setelah berproses bersama, melalui proses komunikasi (transaksional) yang panjang, dan akhirnya menemukan kecocokan. Maaf , saya kurang percaya kepada Pembenaran anda.. L Kepolosan anak baru, menjadi sisi yang di eksploitasi oleh para senior. Dengan berbekal petuah dari embah buyut, “ciptakan kesan pertama yang menarik, maka kamu aku memukau dia selamanya” sang senior (yang belom laku) melancarkan project hormonal-nya. Tetua organisasi yang belum laku itu (senior) menampakan dirinya sebagai sebuah pribadi yang bijaksana, religious (tiba-tiba rajin sholat), Pintar (sok tau), Rapid an menarik (mendadak rajin mandi). Alhasil anak baru yang masih polos dan labil (gue banget) terpukau dengan mas senior. Si-Junior beranggapan bahwa dia telah menemukan seseorang yang tepat menjadi pendamping hidupnya, yang mampu mengarahkanya dalam mengarungi belantara kampus yang jahat. Ada memang organisasi dengan sistem pengkaderan macam ini yang justru eksis bahkan besar dan sehat (Pramuka misalnya). Tapi yang lazim terjadi dalam organisasi yang didalamnya berkembang budaya memacari adek tingkat  adalah ricuh, penuh konflik, tidak professional, dan potensi yang coba dikembangkan dalam organisasi tidak maksimal. Penyebab yang biasa terjadi adalah dibawanya konflik diantara 2 individu yang sedang pacaran ke organisasi. Tak jarang pula terjadi kasus cinta segitiga yang berujung pada sakit hati pihak yang kalah. Cinta memang milik semua orang. Membangun relasi percintaan dengan adek tingkat, anak baru, junior dan kepada siapapun memang tidak melanggar norma dan nilai. Namun kata Dadali dalam syair lagunya (Band yang berhasil membuat ricuh di-mantan-kampusku), cinta itu tulus. Rasa itu harusnya didasari atas kejujuran dan  ketulusan, dan bukan tipu-tipu. kata sebrius tenouye 

Selengkapnya : http://www gamabou/relasi-senior-junior-dalam-organisasi_ lokal jayapura ....




Kemampuan Navigasi

Menghafal jalan memang sangatlah susah, terlebih lagi jika anda baru pertama kali melewatinya, untungnya saat ini sudah ditemukan alat yang diberi nama GPS ( Global Possitioning System ) yang dapat menjadi pemandu jalan agar anda tidak tersesat. Alat ini memang sangat membantu, anda tidak perlu menghafal jalan lagi, benar bukan?. Tetapi apakah anda pernah berfikir bagaimana jika GPS anda rusak dan anda tidak tahu berada dimana? Damm. Anda pasti akan panik setengah mati. Untuk itu walaupun kemudahan sudah ada tetapi jangan sampai anda asal lewat jalan saja ya, pahami juga jalan yang anda lewati.



Semua orang memiliki kemampuan berbicara. Akan tetapi, jika seseorang dituntut untuk berbicara didepan umum dengan situasi yang formal, mereka mengalami kesulitan. Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian.
Tampil berbicara dengan hanya mengandalkan teknik rhetorika, nampaknya tidaklah cukup untuk menjadi seorang pembicara yang handal. Karena bagimanapun hebatnya daya pesona yang ditimbulkan oleh seorang pembicara dalam penampilannya tanpa didukung oleh efektifitas pembicaraan yang dibawakannya, maka apa yang disampaikannya itu akan berlalu begitu saja tanpa menimbulkan kesan yang mendalam, atau dengan kata lain efek pesan yang disampaikannya itu hanya bertahan sampai selesainya pembicaraan, begitu pembahasan selesai maka selesai pulalah segalanya.
  Untuk itulah maka disamping seorang pembicara perlu memiliki rhetorika yang baik, ia juga perlu menguasai apa yang disebut berbicara yang efektif. Berbicara efektif merupakan sarana penyampaian ide kepada orang atau khalayak secara lisan dengan cara yang mudah dicerna dan dimengerti oleh pendengarnya. Hal itu dapat terjadi jika pembicaraannya sistematis, benar, tepat dan tidak berbelit-belit dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar.
Dikutip dari buku Hendri Guntur Tarigan bahwa berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.
Berbicara juga dapat diartikan kemampuan mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif, sebaiknya pembicara betul-betul memahami isi pembicaranya, disamping juga dapat mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengar. Jadi, bukan hanya apa yang akan dibicarakan, tetapi bagaimana mengemukakannya. Bagaimana mengemukakannya, hal ini menyangkut masalah bahasa dan pengucapan bunyi-bunyi bahasa tersebut.
Kemampuan berbicara merupakan hal yang sangat penting, karena untuk melakukan komunikasi dengan orang lain. Berbicara merupakan  suatu perbuatan manusia yang bersifat individual, artinya tidak ada orang yang berbicara sama dalam memilih kata, tempo bicara, lagu bicara dan lain-lain.
Menurut Bambang Setyono (1998:19) mengungkapkan bahwa ”Bicara merupakan vokal-vokal dengan kekerasan yang bervariasi lama-kelamaan berkembang menjadi bunyi-bunyi yang lebih sempurna sesuai dengan kematangan fisik dan mentalnya”. Sedangkan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1984:31) ”Berbicara adalah suatu perbuatan manusia yang bersifat individual, artinya tidak ada orang yang berbicara sama dalam memilih kata, tempo bicara, lagu bicara dan lain-lain”.
Menurut Maidar G. Arsjad & Mukti U S (1988:17) adalah sebagai berikut: “Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan”.
Berbagai pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa bicara adalah suatu perbuatan dengan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dengan alat bicara untuk megekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbicara.


 Pada dasarnya berbicara efektif pada kesempatan apapun terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu pembukaan, isi atau inti permasalahan, dan penutup.
a. Pembukaan
Pembukaan adalah bagian awal dari setiap pembicaraan. Pembukaan termasuk bagian penting karena turut menentukan sukses tidaknya suatu pembicaraan. Bila pembukaan sudah berhasil menggugah minat dengar orang, maka kesuksesan pembicaraan sudah 50 % ada ditangan si pembicara. Sebaliknya, bila pembukaannya saja sudah membosankan, maka kegagalan penyampaian pesan dapat dikatakan sudah 90%, karena yakinlah bahwa pembicara akan diabaikan atau tidak akan diperhatikan oleh  pendengar.
Pembukaan seyogyanya dilakukan paling lama lima menit. Dan diharapkan waktu lima menit tersebut dapat memberikan kesan yang menyenangkan dan menarik minat bagi para pendengar sehinga para pendengar bersedia menyimak pembicaraan selanjutnya dengan seksama.
Pada acara formal, misalnya pidato, isi “Pembukaan” biasanya terdiri dari salam kepada orang/pejabat atau tokoh setempat yang hadir, ucapan terima kasih atas kesempatan yang diberikan, dan ulasan sekilas tentang masalah yang akan dibicarakan.
Pembukaan sebaiknya memuat common interest dari pendengar. Misalnya berbicara tentang hal-hal aktual yang sedang terjadi yang menjadi bahan pembicaraan yang hangat di masyarakat, walaupun mungkin tidak ada kaitannya dengan yang akan dibicarakan. Bisa juga disisipkan beberapa lelucon/anekdot segar yang dapat menggugah perhatian dan simpati orang. Alangkah baiknya apabila lelucon atau “penyegar” tersebut secara tidak langsung dapat disambungkan dengan inti masalah.
Bila kata pembukaan berhasil, perhatian pendengar secara halus dapat ditarik ke inti permasalahan. Pembukaan  pada setiap kesempatan pembicaraan sangat berbeda, tergantung pada misi, sifat, lawan bicara, dan suasana pembicaraan.
1) Misi Pembicaraan
Pembukaan dipengaruhi oleh misi pembicaraan. Yang dimaksudkan dengan misi pembicaraan di sini adalah tujuan pertemuan atau pembicaraan dan tugas yang dibebankan kepada si pembicara untuk disampaikan kepada hadirin
2) Sifat Pembicaraan
Pembukaan dipengaruhi oleh sifat pembicaraan, apakah serius, resmi, atau tidak sama sekali. Pembukaan di depan forum resmi, misalnya pertemuan atau rapat dinas yang dihadiri oleh pejabat kantor bersangkutan dan para pejabat pemerintah, sifatnya sangat formal yang biasanya akan mengikuti tatanan yang sudah baku dalam acara resmi. Dalam hal ini, pembukaan harus benar-benar mencerminkan keseriusan dari acaranya. “Pembukaan” pembicaraan atau pidato dapat disisipi “penyegaran” dengan sedikit humor, dan bisa dilakukan dengan santai tapi dengan tidak menghilangkan keseriusan acara.
3) Lawan Bicara
Lawan bicara turut menentukan “pembukaan” pembicaraan. Lawan bicara atau pendengar bisa dikategorikan dalam dua bahagian, yaitu kelompok atau perseorangan. Pembicaraan dengan perseorangan (seseorang), pembukaannya  biasanya lebih diwarnai dengan gaya yang sifatnya kekeluargaan, apalagi kalau keduanya sudah akrab. Namun apabila pembicara dengan lawan bicara belum akrab benar maka pembukaan disampaikan seperlunya hingga dirasa suasana sudah “hangat”, kemudian kita dapat masuk ke masalah inti yang akan disampaikan.
Berbeda jika pembicaraan dilakukan dihadapan banyak orang maka harus diperhatikan siapa siapa yang menjadi lawan bicara, pembukaannya harus ditujukan kepada semua hadirin.
Disamping itu, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: usia, status sosial, bahasa dari lawan bicara, karena ini berkaitan dengan adat kesopanan yang juga akan sangat menentukan minat dengar dari lawan bicara.
4) Suasana
Suasana juga ikut menentukan bagaimana pembukaan suatu pembicaraan. Baik isi maupun pola tutur bahasa bahkan nada bicara yang digunakan adalah sangat erat hubungannya dengan suasana yang berlangsung atau yang dihadapi oleh pembicara. Karenanya pembicara harus memahami betul suasana yang dihadapinya untuk memulai atau membuka suatu pembicaraan, apakah gembira, sedih, santai atau suasana yang lainnya. Pembukaan pembicaraan atau sambutan dan sejenisnya, pada suatu acara pemakaman jangan sampai disamakan seperti pada pembukaan acara ulang tahun, atau sebaliknya.

b. Isi/Inti Pembicaraan
Inti pembicaraan merupakan bagian paling pokok dalam pembicaraan. Bagian ini merupakan tujuan dari pembicaraan. Dalam bagian inilah rincian permasalahan akan dibahas.
Dalam acara-acara tertentu, misalnya diskusi, seminar, sarasehan, biasanya penyampaian inti permasalahan tidaklah perlu terlalu mendetail, melainkan hanya pada butir-butir pokoknya sajalah yang disampaikan. Penyampaian yang mendetail biasanya disampaikan dalam forum tanya jawab.
Isi pembicaraan harus dapat disampaikan secara lengkap dengan sistematis dan tidak berkepanjangan atau bertele-tele. Pembicara harus konsisten dengan inti permasalahan. Pembicaraan tidak boleh merambat ke hal-hal di luar permasalahan yang dibicarakan, terkecuali jika hal itu diambil sekedar sebagai referensi atau sebagai loncatan berfikir (itupun harus dibatasi dan dijaga jangan sampai berkembang lebih jauh). Untuk lebih memfokuskan perhatian pendengar dapat dibantu dengan presentasi yang menggunakan alat audio, visual atau audio visual.
Sesekali sisipkan anekdot atau guyonan penyegar suasana. Dan selanjutnya libatkan hadirin dalam permasalahan yang disampaikan, misalnya dengan melontarkan pertanyaan yang berhubungan dengan inti permasalahan. Cara seperti ini hampir selalu dapat mengikat perhatian pendengar sepanjang pembicaraan.
Perlu diperhatikan bahwa, sebaiknya lama pembicaraan tidak lebih dari satu jam per sesi. Pembahasan inti permasalahan dapat dilanjutkan lagi dalam forum tanya jawab. Setelah semua inti materi disampaikan, tiba saatnya untuk menutup pembicaraan.

c. Penutup
Pada akhir pembicaraan hendaknya diusahakan adanya kata-kata penutup yang dibuat sesingkat mungkin, paling lama tiga sampai lima menit. Dalam penutup dapat disampaikan kesimpulan atau rangkuman penting sebagai hasil pembicaraan itu.
Penutup biasanya diakhiri dengan ucapan terima kasih kepada hadirin atas perhatian yang diberikan dan kepada penyelenggara apabila berbicara  pada suatu acara resmi. Dan terakhir sekali adalah ucapkan salam sebagai penutup pembicaraan




ujar (KM) siberius tenouye mahasiswa jayapura


Tidak ada komentar: